Orang berbicara mengenai arsen erat hubungannya dengan poison (racun). Walaupun
pada masa lalu digunakan juga untuk pengobatan, salah satu contohnya adalah
yang dikenal dengan fower solution
yang dioleskan pada muka dengan dosis yang kecil akan membuat kulit menjadi
cantik (milk and rose) (vasodilatasi
kapiler muka). Arsen sebagai racun digunakan untuk pembunuhan karena memiliki
sifat tidak berbau, tidak berasa, mudah larut dalam air. Dengan sifat demikian
tanpa disadari korban menelan cairan yang mengandung arsen tersebut.
Arsen
terdiri dari 4 golongan :
1.
Metalic Arsenic
Berwarna keabu-abuan, berbentuk kristal
hablur, dan non toksik.
2. Arsen Anorganik [Arsenic Trioxid (As2O3)]
Merupakan arsen inorganik
bisa dalam bentuk trivalen (As3O4) atau pentavalen dalam
bentuk As2O5. Arsen inorganik ini toksik.
3.
Arsen Organik
Bisa
dalam bentuk alifatik atau siklik yang terdapat dalam alam, kurang toksik.
4. Gas Arsenik (AsH3)
Paling
berbahaya, dapat berikatan dengan asam, hanya keracunan gas arsenik ini sangat
jarang.
Pada waktu meninggal, pada akar rambut tokoh NAZI Hitler
didapati kadar Arsen yang cukup tinggi. Dilaporkan bahwa kemungkinan Hitler
meninggal disebabkan oleh karena keracunan arsen kronik yang dicampurkan pada
makanannya oleh pembantu rumah tangga.
Sumber
A. Lingkungan
Dalam air atau tanah yang mengandung kerang, remis, ikan.
Orang yang mengkonsumsi air atau lingkungan ini karena kurang perhatian atau
tidak disadari lama kelamaan akan mengalami keracunan arsen organik kronis.
B. Industri
Terdapat dalam pabrik gelas, pabrik pembuat pigmen.
C. Dalam rumah tangga
Zat herbisida dan obat-obatan yang mengandung arsen.
Mekanisme
Arsen merupakan protoplasma poisoning dengan
menimbulkan efek toksik pada ikatan SHg (sulfhidril) terhadap enzim piruvat
dehidrogenase complex, dimana enzim ini perlu untuk oksidasi dekarboksilase
terhadap asam piruvat untuk menjadi asetil
CoA sebelum memasuki TCA cycle
Metabolisme
Arsenat organik sehari diekskresi
sejumlah 900 μg. 4/5 dari dalam tubuh didistribusikan ke hati, ginjal, GI
tract, limpa dan paru. Dideposit pada rambut, kuku dan sebagian di tulang yang
dapat dideteksi pada kasus-kasus kronis. Batas normal arsen dalam tubuh 0,2
μg%, toksik > 10 μg%, letal 60-90 μg%.
Klinis
Arsen dalam dosis kecil yang
masuk dalam tubuh manusia bisa tidak terlihat gejala dan tanda-tanda keracunan.
Dalam dosis besar dapat dengan cepat meninggal tanpa diketahui gejala-gejala
dan tanda-tanda yang memadai untuk dicurigai. Umumnya sebelum keracunan arsen
akut dapat juga kematian tertunda 30 menit atau 1 jam kemudian. Seseorang
meninggal mendadak dengan nafas berbau bawang putih dapat dicurigai atau
hati-hati dengan keracunan suatu arsen. Kerusakan jaringan mula-mula didahului
oleh dilatasi kapiler kemudian arteriole dan diikuti keruskan pada miokard.
Gejala dan Tanda
Akut
Pada
awalnya ditandai dengan gastroenteritis berat dimana daerah kerongkongan terasa
sakit atau terbakar, sulit menelan, sakit pada daerah perut, mual, muntah proyektil
dan dapat diikuti dengan diare berat. Feses bersifat cair bercampur mukus
(kolera) kemudian dapat melena sebagai akibat iritasi dan edema mukosa lambung.
Dengan terjadinya transudat plasma dalam kapiler dimana dinding gaster tipis
membuat vesikel akhirnya bisa ruptur.
Kronis
Penggunaan
arsen atau konsumsi arsen secara terus menerus akan menimbulkan hiperkeratosis
pada telapak tangan dan kaki, dermatitis terutama pada kelenjar keringat (lipat
paha dan lipatan lengan). Dermatitis menunjukkan adanya awal dari iritasi dan
sensitivitas dari arsen.
Keluhan
Dimulai dengan lemah, lelah,
kurang nafsu makan, mudah tersinggung,
berat badan menurun. Pada sistem jaringan kulit berwarna coklat kehitaman,
penebalan pada lapisan tanduk kulit. Pada kuku akan terdapat garis berbentuk
pita melintang pada daerah lanula berwarna putih yang dikenal dengan mee’s line.
Laboratorium
A. Tes Kimia
1. Sanger Black Test
2. Gas Kromatografi
Aspek Kedokteran
Forensik
Di
dalam bab toksikologi umum sudah dijelaskan kecurigaan seorang yang meninggal
mendadak oleh karena penyakit atau racun. Pada kasus keracunan arsen memang
sulit untuk diketahui secara pasti atau dicurigai secara signifikan, oleh
karena keluhan dan tanda-tandanya relatif umum. Bagi para dokter forensik atau
penyidik yang profesional kecurigaan itu bukan hanya ditilik dari aspek
kedokteran saja tetapi juga dari aspek sosiopsikologis. Umpamanya seorang
baik-baik yang tidak ada kemungkinan untuk dibunuh dan mempunyai medical record
yang baik, kematiannya perlu dipertanyakan, apalagi apalagi orang itu merupakan
tokoh masyarakat, politikus, profesi terkenal, pengusaha sukses maupun aktivis.
Pada kasus-kasus kematian mendadak yang tidak jelas apakah disebabkan karena
penyakit atau bukan, di Negara-negara maju apabila dimintakan otopsi forensik maka
akan dilakukan pemeriksaan total dan pemeriksaan patologi anatomi dari semua
organ (otak, limpa, hati, jantung, paru, dll) dan toksin yang secara
epidemiologisada (misalnya insektisida, herbisida, rodentisida, arsen, nitrit,
dll). Tentu pemeriksaan yang lebih dicurigai akan didahulukan. Contoh pada
kasus aktivis HAM “Munir, SH” yang diketahui mual, muntah mendadak dalam kapal
terbang dan tidak lama kemudian segera meninggal. Pada hasil pemeriksaan
terdapat arsen anorganik (arsen organik tidak menyebabkan kematian yang
mendadak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar